1 tahun mengajar, lalu? (sedikit cerita tentang bidik misi)

Posted: Januari 25, 2012 in Uncategorized

Well, hello. Im home already. Yup, setelah 1 tahun berjuang di Majene (Sulawesi Barat), akhirnya tugas saya berakhir. Pertanyaan yang sering muncul sepulang dari penempatan adalah “sekarang dimana jan?” atau “udah keterima dimana jan?” atau “wah, alumni IM mah pasti banjir tawaran ya?”. Guys, saya ini nyari kerja, bukan nyari tempe. Mau lulusan IM, lulusan luar negeri, lulusan tanah abang, atau mana juga namanya nyari kerja ga segampang itu gan. Pertanyaan yang harusnya diajukan sekarang adalah “abis 1 tahun ngajar, terus?”

Ya, setelah ngajar 1 tahun apa? Terus gimana? Apalagi? Pertanyaan ini cukup mengganggu pikiran saya beberapa minggu setelah penempatan. Sampai akhirnya datang tawaran dari pendiri Edutech Consultant. Beliau menawarkan saya untuk memimpin proyek peningkatan penerima beasiswa bidikmisi. Nah, ini dia.  Jadi ceritanya gini, beasiswa bidikmisi ini merupakan beasiswa yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sekarang) yang ditujukan untuk siswa yang tidak mampu. Program ini pertama kali dikeluarkan tahun 2010. Kuotanya cukup besar, dan sampai sekarang penerimaan beasiswa ini belum optimal. Masih banyak kuota yang belum termanfaatkan.

Tahun lalu, semasa penempatan, saya dan teman-teman Pengajar Muda melakukan sosialisasi mengenai keberadaan beasiswa ini. Hasilnya adalah 1 orang siswa masuk ITB, 1 orang siswa masuk UGM, dan 2 orang siswa masuk Unibraw. Ini jasa saya? Ya berlebihan jika saya katakan bahwa mereka bisa kuliah gara-gara saya. Hanya saja ini menunjukkan bahwa mereka bisa. Mereka sebenarnya memiliki kemampuan untuk bisa diterima di kursi perguruan tinggi yang ternama di Indonesia.

Kata kuncinya adalah informasi. Teman-teman siswa SMA di daerah tidak tahu keberadaan beasiswa ini. Apalagi beasiswa yang lain? Sekolah juga tidak tahu. Dinas Pendidikan setempat tahu, tapi kinerjanya untuk menggenjot penerimaan siswa ini belum optimal. Belum lagi jika kita membicarakan teknis pendaftaran dan alur yang ngejelimet yang sama rumitnya sama flowchart pembuatan roket dan sedikit di bawah tingkat kerumitan cerita romansa Anang Hermansyah.

Syarat mendapatkan beasiswa ini lets say Pintar dan Miskin. 2 kombinasi yang sulit ditemukan. Tambahkan variabel “tahu dan mengerti keberadaan program beasiswa ini” dan jumlah siswa yang bisa mendapatkan beasiswa ini akan semakin berkurang. Kenapa sedikit sekali yang bisa memenuhi persyaratan ini ya? Well, jaman sekarang Kaya itu prekuel dari pintar. Punya uang bisa beli makanan bernutrisi, bisa mendapatkan pendidikan yang baik, jadilah orang pintar. Apakah melulu karena mereka tidak mampu maka mereka jadi tidak pintar? Ya enggak lah.

Bayangkan sekarang anda jadi orang dengan kekuatan ekonomi yang sangat kuat. Tapi anda tinggal di pedalaman hutan di Indonesia. Karena 1 dan lain hal, sampai tingkat SMA anda terpaksa sekolah di SMA setempat yang diajar oleh guru yang lulus S1 dengan sertifikat palsu, jadi PNS dengan cara nyogok, masuk kelas 20 menit terlambat tapi bagian pulang rajiiiin bener ampe 20 menit belum abis udah pulang. Kira-kira memungkinkan ga anda keterima di Perguruan Tinggi yang ternama di Indonesia? Jadi masalah utamanya bukan ketidakmampuan siswa, tidak melulu juga karena tidak mampu.

Prestasi akademik, kekuatan finansial, dan akses terhadap informasi merupakan kunci dari keberhasilan seseorang mendapatkan kursi di perguruan tinggi. Untuk masalah finansial, saya tidak bisa berbuat banyak. Untuk itulah adanya beasiswa bidik misi ini. Untuk orang dari kalangan tidak mampu. Buat anda yang merasa mampu tapi mendapatkan beasiswa ini, lebih baik anda lepaskan sekarang juga. Ga halal gan, daripada nambah-nambah dosa.

2 syarat lain yang ingin kami di Edutech ini selesaikan.  Prestasi akademik yang kurang baik, bisa jadi disebabkan oleh sistem yang kurang mendukung. Karena itu, kami akan memberikan fasilitas bimbingan belajar bagi teman-teman yang kami rasa memiliki potensi akademik yang bagus. Potensi ya, bukan kemampuan. Jika kami sudah mendeteksi teman-teman yang memiliki potensi lebih, kami yakin dengan sedikit bantuan bimbingan belajar (yang standar kualitasnya standar kota) maka impian mendapatkan kursi di perguruan tinggi sudah tidak terlalu sulit digapai.

1 syarat lain adalah akses dan pemahaman siswa terhadap informasi beasiswa ini. Penting bagi kita menyebarkan informasi ini seluas-luasnya. Buat siswa, buat sekolah, buat dinas pendidikan, buat siapa aja deh. Sebarluaskan informasinya. Pastikan semua orang tahu. Pastikan semua calon siswa memiliki akses informasi yang sama. Jangan nunggu Menteri, jangan nunggu Dinas Pendidikan, jangan nunggu yayasan-yayasan yang bergerak di dunia pendidikan, yuk kita semua aja yang gerak. Kita semua masing sebarkan informasi tentang beasiswa ini ke SMA kita dulu. Ke SMA yang deket rumah. Ke SMA di kota kita. Baru dari sana kemana-mana, sejauh tangan kita bisa menggapainya.

p.s. cerita tentang minggu-minggu terakhir saya di daerah akan menyusul di blog berikutnya ya, wait up! Informasi tentang bidik misi: http://www.bidikmisi.dikti.go.id

http://www.dikti.go.id

http://www.edutech.co.id

http://www.snmptn.ac.id

Komentar
  1. dewi berkata:

    salam kenal kak sebelum,y saya dewi saya perawat saya lg cari beasiswa untuk melanjutkan ke S1,kira2 ada gak ya mohon informasi,y ya.
    terima kasih.

Tinggalkan komentar